Minggu, 07 Agustus 2011

Ternyata Menguap Bisa Menular

Menguap atau bahasa jawanya angop atau sendawa merupakan fenomena yang biasa pada saat kita mengalami rasa ngantuk, gerakan menguappun merupakan gerakan otomatis yang di lakukan pada saat kita merasakan ngantuk! Umumnya, kita menguap dilakukan saat merasa bosan, lelah, atau mengantuk. Semua hal itu tak berkaitan secara langsung. Oleh karenanya, hingga kini para ahli masih belum bisa memaparkan penjelasan mengenai mekanisme alamiah pada tubuh manusia ini selalu terjadi. Teori paling populer adalah kita menguap karena kadar oksigen di paru-paru berkurang. Saat membuka mulut dan menghirup udara, oksigen masuk dan kembali memenuhi paru-paru.

Namun dalam sebuah penelitian soal menguap yang dilakukan psikolog Robert Provine dari Universitas Maryland, terungkap beberapa fakta yang mungkin membuat kita tersadar bahwa menguap ternyata tidak sesederhana yang kita bayangkan selama ini.

Menguap ternyata bukan hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan seperti mamalia, burung, dan bahkan ikan. Menguap merupakan cetusan rasa kantuk, bosan atau senewen. Anjing yang menunggu giliran di kamar tunggu dokter hewan biasanya menguap karena senewen.

Menguap juga merupakan gejala yang menular. Melihat, menulis atau membaca tentang gejala menguap, juga akan membuat orang menguap. Diperkirakan, pusat menguap berada di otak dan semua perintah untuk melakukannya diatur dari sana.

Penelitian Provines membuktikan bahwa menguap tertekan, yakni menguap dengan gigi terkatup, tidak banyak memberi kelegaan. Ini terjadi karena selama menguap ada kebutuhan untuk menarik otot rahang yang tidak terjadi ketika gigi terkatup.

Menguap di depan umum dianggap tidak sopan. Etika itu ternyata bukan hanya khas manusia. Pada jenis kera tertentu, kera betina dan kera dari kasta rendahan, tidak boleh menguap di depan pimpinan kelompok. Jika hal itu dilakukan, mereka akan dihardik. Menurut Provine, itu baru sebagian kecil fakta yang terungkap seputar menguap. Artinya, masih sangat banyak hal yang perlu dilakukan untuk meneliti soal menguap. Anda tertarik

Belakangan, muncul pendapat yang seolah menegaskan anggapan bahwa menguap bisa menular. Artinya, saat melihat orang lain menguap, tanpa disadari kita akan ikut menguap. Steven Platek, PhD, psikolog dari State University of New York di Albania, melakukan pengamatan untuk menemukan kejelasan dari fenomena ini. Hasilnya menunjukkan, 40-60 persen relawan cepat “tertular” orang lain yang sedang menguap, baik yang berada di dekatnya ataupun yang mereka lihat di layar kaca. Meski Platek dan timnya belum mampu menjelaskan mekanisme “penularan” ini, mereka yakin kedua hal itu berkaitan.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Cognitive Brain Research ini menyebutkan bahwa bila kita ikut menguap saat orang lain menguap, hal itu bisa dianggap sebagai respons empatetik, sama halnya seperti tertawa. Artinya, menguap menjadi cara dalam menunjukkan empati kita terhadap perasaan orang lain. “Menguap tidak hanya bisa dipicu setelah melihat orang lain menguap, tetapi juga mendengarkan, membaca, atau bahkan berpikir tentang menguap,” kata Platek, yang memimpin penelitian tersebut.
 Source