Tampilkan postingan dengan label Earth. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Earth. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Desember 2011

Ilmuwan NASA Mengaku Temukan “Bumi Baru"

Sobat Uniqer's, sebuah tim peneliti dari Badan Antariksa AS (NASA) mengumumkan temuan penting dalam upaya pencarian kehidupan. Mereka mendapati planet lain yang berotasi cukup dekat dengan mataharinya, di orbit yang berpotensi mendukung kehidupan.

Planet yang diberi nama Kepler-22b itu memiliki ukuran 2,4 kali ukuran Bumi dan jaraknya 600 tahun cahaya dari kita. Planet itu mengorbit di ‘habitable zone’ atau kawasan di ruang angkasa yang cukup jauh dari mataharinya di mana air bisa hadir di permukaan tanpa menguap.

Temuan ini mendukung keyakinan kita bahwa kita tinggal di alam semesta yang penuh dengan kehidupan,” kata Alan Boss, astrofisikawan dari Carnegie Melon University, seperti dikutip dari laman Space, 6 Desember 2011.

Boss menyebutkan, bintang yang menjadi matahari bagi planet tersebut berjarak 600 tahun cahaya (1 tahun cahaya mencapai sekitar 9,65 triliun kilometer) ke arah konstelasi Lyra dan Cygnus. Meski begitu, pancaran sinar bintang itu 25 persen lebih redup dibanding matahari kita.

Tak jauh berbeda dengan Bumi yang mengorbit matahari selama 365 hari per rotasi, Kepler-22b menuntaskan orbitnya dalam 290 hari. Ini dimungkinkan karena jaraknya dengan mataharinya berada sekitar 15 persen lebih dekat dibanding jarak bumi dengan matahari.

Jarak ini cukup dekat untuk menghadirkan temperatur yang hangat dan menyenangkan di permukaannya. Di temperatur itu, air dalam bentuk cair, yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan, bisa hadir. Artinya, planet ini bukan saja bisa dihuni, tetapi bisa juga sudah berpenghuni.

Ini merupakan tonggak utama dalam upaya pencarian kembaran Bumi,” kata Douglas Hudgins, Kepler Program Scientist, NASA Headquarters. “Temuan ini menunjukkan betapa pentingnya misi yang dilakukan oleh ilmuwan yang berupaya untuk menjawab pertanyaan terbesar terkait posisi kita di alam semesta,” ucapnya.

Sebelumnya para ahli juga menemukan sebuah planet yang mirip dengan bumi. Planet itu kemudian diberi nama Zarmina. Ukurannya lebih besar dari bumi. Sekitar 20 hingga 50 persen lebih besar. Dengan ukuran sebesar itu, Zarmina tentu saja bisa mampu menampung lebih banyak mahluk hidup, termasuk manusia.

Gravitasi di permukaannya juga lebih besar, sekitar 1 hingga 1,5 lebih besar dari gravitasi bumi. Artinya, kalau kalau di bumi bobot Anda 70kg, maka di Zarmina akan melar hingga sekitar 100kg.(Soal planet Zarmina itu selengkapnya baca di sini).

Para ahli belakangan ini kian gencar memecahkan misteri alam semesta. Penjelajahan alam semesta dilakukan dengan banyak cara, dari telaah teoritis hingga pembuktian dengan memakai teleskop canggih.
 Source 

Senin, 25 Juli 2011

Komet Terbuat dari Es Hantam Matahari

Sebuah komet yang belum sempat diberi nama menabrakkan diri ke Matahari pada 5 Juli 2011 lalu. Dari penelitian, komet itu diperkirakan terbuat dari es.

Menurut para peneliti, sebagian besar komet sungrazer (komet yang bergerak sangat dekat dengan matahari) seperti ini diyakini berasal dari pecahan dari sebuah komet raksasa yang hancur beberapa abad lalu.

Sebagai informasi, komet sungrazer yang umumnya terbuat dari debu, bebatuan, dan es, jarang terdeteksi saat di dekat matahari karena cahaya mereka tertutup oleh terangnya solar disk atau piringan cahaya yang berada di sekeliling matahari.


Komet yang mampu bertahan dari panasnya korona matahari ini kemudian lenyap di kawasan chromosphere yang memancarkan panas hingga 100 ribu derajat Kelvin atau sekitar 99.726,85 derajat Celcius.



http://nasional.vivanews.com/news/read/232281-video--komet-terbuat-dari-es-hantam-matahari

Ditemukan, Awan Air Terbesar di Jagad Raya

Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menemukan massa air raksasa terbesar dan tertua di jagad raya.

Massa air berbentuk awan itu, berusia 12 miliar tahun dan diperkirakan mengandung massa air yang besarnya 140 triliun kali lipat dari seluruh massa air yang ada di bumi.

Awan uap air itu dikelilingi oleh sebuah lubang hitam supermasif yang dikenal dengan quasar, berada di lokasi yang berjarak sekitar 12 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Seperti dikutip stasiun berita MSNBC, para ilmuwan mengatakan bahwa temuan ini membuktikan bahwa air telah ada sejak awal keberadaan jagad raya .

"Karena cahaya yang kita lihat meninggalkan kuasar itu lebih dari 12 tahun cahaya, kita melihat kehadiran air hanya sekitar 1,6 milar setelah awal dari jagad raya," ujar Alberto Bolatto, salah seorang peneliti dari University of Maryland lewat sebuah pernyataan.

"Penemuan ini menandai keberadaan air semiliar tahun lebih dekat dengan peristiwa dentuman besar," kata Bolatto.

Quasar adalah obyek bercahaya dan paling energetik di alam raya. Kuasar ditenagai oleh lubang hitam besar yang menghisap gas-gas dan debu di sekitarnya lalu memuntahkan energi dalam jumlah ebsar.

Para tim astronom berhasil mendeteksi dan mengkonfirmasi keberadaan awan air itu di sekeliling quasar, melalui dua teleskop berbeda, satu di Hawaii dan satu lagi di California.

Peneliti memperkirakan, bahwa uap air itu terbentuk di awal kemunculan alam raya. Jadi, penemuan awan tua ini tida terlalu mengagetkan mereka. "Ini adalah bukti selanjutnya di mana air meresap ke seluruh alam semesta, bahkan di saat-saat yang sangat awal," ujar pemimpin penulis riset, Matt Bradford, dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.


Berwujud Es

Quasar APM 08279+5255 mengandung uap air yang besarnya 4.000 kali lebih besar daripada galaksi Bima Sakti, kata para peneliti. Hal ini mungkin dikarenakan banyak air di galaksi Bima Sakti yang berwujud es, bukan uap.

Uap air di quasar didistribusikan ke sekitar lubang hitam masif di wilayah yang panjangnya mencakup ratusan tahun cahaya. Awan tersebut memiliki suhu minus 63 derajat Fahrenheit (-17,2 derajat celsius), namun, atmosfer bumi memiliki kepadatan yang 300 triliun kali lebih padat daripada awan tersebut.

Setidaknya, awan itu lima kali lebih panas, dan 10 sampai 100 kali lebih padat daripada apa yang biasa dijumpai di galaksi-galaksi, termasuk Bima Sakti, kata para peneliti. Awan air itu juga mengungkap info penting lain tentang quasar.

Pengukuran uap air dan molekul-molekul lain seperti karbon monoksida, mengungkap kemungkinan bahwa terdapat jumlah gas yang cukup bagi lubang hitam untuk berkembang hingga sekitar enam kali dari ukuran sebelumnya. Temuan ini akan segera dipublikasikan pada Astrophysical Journal Letters.
http://teknologi.vivanews.com/news/read/235293-awan-air-terbesar-di-jagad-raya-ditemukan

Rabu, 20 Juli 2011

Dari Mana Datangnya Air di Bumi?

Asal muasal air di planet kita, yang meliputi hingga 70 persen dari permukaan Bumi masih misterius bagi para ilmuwan. Banyak yang berpendapat bahwa air tidak muncul bersamaan dengan terbentuknya Bumi, namun objek dari angkasa yang mengantarkannya ke planet kita.

Diperkirakan, kalau air datang bersamaan dengan terbentuknya planet Bumi pada 4,5 miliar tahun lalu, ia kemungkinan besar sudah menguap karena panasnya Matahari yang ketika itu masih muda. Artinya, air kemungkinan datang dari tempat lain.

Planet-planet dalam (Merkurius, Venus, Mars) juga ketika tata surya baru mulai dibentuk, masih terlalu panas untuk menyimpan air. Jadi, kemungkinan air di Bumi juga tidak datang dari sana. Namun, planet-planet dan benda-benda angkasa lain seperti bulan-bulan milik Jupiter, komet, dan lain-lain cukup jauh dari Matahari hingga memungkinkan untuk punya es.

Ilustrasi
Selama periode sektar 4 miliar tahun lalu, yang disebut dengan periode Late Heavy Bombardment, objek raksasa, kemungkinan datang dari luar tata surya, menghujani Bumi dan planet-planet dalam lainnya. Ada kemungkinan bahwa objek-objek ini dipenuhi oleh air. Tabrakan Bumi dengan objek-objek inilah yang membuat planet kita dipenuhi air.

Lalu, objek apa yang mengantarkan air?

Untuk beberapa lama, astronom memperkirakan bahwa komet, terbuat dari bongkahan es dan batu yang memiliki uapan es di buntutnya yang panjang dan terus-menerus mengitari Matahari, diperkirakan menjadi pelakunya.

Namun demikian, pengukuran jarak jauh terhadap air yang menguap dari beberapa komet besar yang ada saat ini seperti komet Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp mengungkapkan bahwa es yang ada di sana terbuat dari tipe H2O yang berbeda karena mengandung isotop hidrogen yang lebih berat dibanding es yang biasa ada di Bumi.

Artinya, komet-komet ini bukanlah sumber air bagi Bumi.

Dicoretnya komet-komet besar dari daftar tersangka sumber air, astronom kembali mencari petunjuk apakah air yang ada di bumi datang dari sabuk asteroid.

Kawasan yang terdiri dari ratusan ribu asteroid yang mengorbit Matahari di antara planet dalam dan planet luar sebelumnya diyakini terlalu dekat ke Matahari untuk menyimpan air. Namun dari bukti-bukti terbaru, diketahui bahwa ada es di asteroid 24 Themis yang ada di sana.

Temuan ini, dan es di asteroid lain mengindikasikan bahwa kemungkinan ada lebih banyak es di sabuk asteroid dibanding perkiraan sebelumnya. Ini kemungkinan menjadi sumber datangnya air di Bumi.

Saat ini, seperti dikutip dari Life’s Little Mysteries, 14 Juli 2011, satelit pemantau seperti DAWN milik NASA sudah dikirim untuk mengeksplorasi asteroid. Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan, kita akan mengetahui lebih banyak seputar es air misterius yang berpotensi membantu kita memahami bagaimana asal muasal air di Bumi.
http://teknologi.vivanews.com/news/read/233131-dari-mana-datangnya-air-di-bumi-

Minggu, 26 Juni 2011

27 Juni 2011, Asteroid Besar Dekati Bumi

Sebuah asteroid baru saja terdeteksi sedang dalam perjalanan menuju ke Bumi. Untungnya, diperkirakan, pada titik terdekatnya yakni pada 27 Juni mendatang, asteroid berukuran sebesar rumah itu hanya akan melintas di dekat Bumi dengan jarak 17.700 kilometer.

Sebagai informasi, jarak 17.700 kilometer merupakan jarak yang sangat dekat, yakni 23 kali lipat lebih dekat dibanding jarak Bumi ke Bulan.

Dekatnya jarak dan besarnya asteroid yang diberi nama 2011 MD itu akan memungkinkan para pengamat langit yang menggunakan teleskop kecil sekalipun dapat melihatnya. Adapun titik terdekat asteroid dengan Bumi akan terjadi pada pukul 13:26 GMT atau sekitar 20:26 WIB.

Dikutip dari Universe Today, asteroid 2011 MD baru saja ditemukan pada 22 Juni kemarin oleh LINEAR, sepasang teleskop robotik yang ada di New Mexico, Amerika Serikat. Teleskop ini mampu memindai kawasan langit untuk menemukan asteroid yang berada di dekat Bumi.

Saat ini, asteroid 2011 MD diperkirakan memiliki ukuran lebar antara 9 sampai 45 meter. Menurut Emily Baldwin, astronom dari Astronomy Now, asteroid ini tidak membahayakan kehidupan di Bumi.

Tidak ada potensi bahwa ia akan menghantam Bumi,” kata Baldwin. “Kalaupun ia masuk ke atmosfir, ia akan habis terbakar dan terpecah-pecah menjadi serpihan-serpihan kecil,” ucapnya.
http://teknologi.vivanews.com/news/read/229037-27-juni-2011--asteroid-besar-dekati-bumi

Jumat, 24 Juni 2011

Bukti-Bukti Kehidupan Awal Bumi Ada di Bulan

Mengetahui bagaimana kehidupan dimulai di planet Bumi adalah salah satu target utama ilmu pengetahuan. Sejumlah peneliti asal Inggris memiliki teori baru. Mereka yakin kunci untuk mengetahui misteri bentuk kehidupan awal di Bumi justru berada di bulan.


Peneliti menyebutkan, batu-batuan yang berasal dari planet Bumi terlempar ke bulan saat asteroid membombardir Bumi dan inner planet (planet paling dekat dengan Matahari) lainnya.

Sebagai informasi, sekitar 4 miliar tahun lalu, terjadi fenomena hujan meteor yang disebut sebagai Late Heavy Bombardment. Ketika itu, planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars dihujani oleh ribuan asteroid dan meteorit yang menghantam permukaan planet.

Fenomena sangat mengerikan yang berlangsung selama 300 juta tahun itu memiliki efek beragam pada planet-planet yang ketika itu masih muda, salah satunya adalah pelontaran miliaran ton material dari permukaan planet ke luar angkasa.

Pada kasus Bumi, sebagian material itu kemungkinan berhasil tiba di Bulan. Hipotesis ini sangat masuk akal, mengingat di kutub selatan Bumi pernah dijumpai meteorit yang terbukti berasal dari planet Mars.

Untuk itu, sangatlah mungkin berasumsi bahwa planet-planet terdalam saling bertukar material saat Late Heavy Bombardment. Demikian pula dengan Bumi dan Bulan yang juga saling bertukaran material.


Menurut sejumlah pakar dari University of London Birkbeck College School of Earth Sciences, material milik Bumi itu telah mendarat di Bulan dengan mulus sehingga memungkinkan tanda-tanda biologis tetap tersimpan dengan baik.

Dikutip dari Softpedia, tim peneliti yang diketuai oleh Ian Crawford dan Emily Baldwin menyebutkan, tanda-tanda biologi itu justru tidak akan mampu bertahan di Bumi karena besarnya dampak tumbukan meteor, erosi akibat angin dan hujan, aktivitas volkanik, gempa bumi, dan penguasaan habitat oleh spesies makhluk hidup lain.

Dalam sejumlah simulasi komputer, tim peneliti menunjukkan sebongkah material yang terpental ke arah Bulan akibat tumbukan asteroid pada bumi akan mendarat di permukaan Bulan dengan kecepatan 2,5 kilometer per detik atau kurang. Dengan temperatur yang ada di Bulan, tidak ada bagian dari material itu yang mendekati tekanan puncak yang mengakibatkan material itu meleleh.

Sayangnya, teori baru ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah sampai manusia kembali pergi ke Bulan, mengumpulkan sampel bebatuan dari sejumlah lokasi, dan membawa pulang ke Bumi untuk dianalisa secara mendalam. Namun, melakukan penelitian seperti itu akan memberikan kita pengetahuan yang luar biasa akan sejarah kehidupan di planet Bumi.

http://unicpost.blogspot.com/2011/05/bukti-bukti-kehidupan-awal-bumi-ada-di.html

Selasa, 31 Mei 2011

Astronom Percepat Pencarian Pengganti Bumi

Arizona – Sejak 1995, banyak planet di luar sistem tata surya ditemukan. Namun tak ada yang mirip Bumi. Pemburu planet Amerika Serikat (AS) pun mempercepat pencariannya.

Geoff Marcy dari University of Arizona mengatakan, para astronom akan berkumpul di konferensi di Flagstaff, Arizona, pekan ini karena belum juga menemukan planet mirip Bumi. "Kami belum menemukan planet yang memiliki permukaan berbatu dan menyimpan air yang cocok untuk kehidupan," katanya.


Sejak planet seukuran Yupiter, 51 Pegasi B, ditemukan pada 1995, lebih dari 500 planet di luar sistem tata surya ditemukan. Marcy merupakan anggota Kepler Space Telescope Team yang mengidentifikasi 1.200 planet potensial sejak diluncurkan pada akhir 2009.

Kepler dirancang guna mengamati satu sektor luar angkasa dan mengambil foto 150.000 bintang tanpa berkedip. Kepler hanya akan mengamati kurang dari 1% langit, namun pengamatan ini diharapkan mampu mendapat ribuan planet.

Konferensi ‘Menjelajah Dunia Baru’ tersebut akan disponsori Jet Propulsion Laboratory NASA.
http://teknologi.inilah.com/read/detail/1487412/astronom-percepat-pencarian-pengganti-bumi